Cinta Sudah Lewat

"kak Ian....,aku duluan eah..." Frisca pamit
"eah Ca....ttdj eah...." jawan Ian seraya tersenyum,
sanggar itu senyap setelah Frisca berlalu,tinggal Ian yang masih menekuri lukisannya.
Senja merambat pelan menguasai alam,jingga mewarnai kaki langit menandakan Sang
mentari hendak pulang sarang.

Dret dret dreeeeeetttttt..........ponsel Frisca mengingatkan bahwa ada pesan masuk,Frisca
tersenyum membaca pesan di display ponselnya.Sudah lama dia ga' sua dengan sepupunya
itu,dan baru saja sepupunya itu mengabari hendak berkunjung ke kota Frisca.


Nino ga' seperti biasanya,sore ini dia rapi jauh dari kesan amburadul yang selama ini lekat dikesehariannya.Ditangannya sebuah kotak kecil bersampul biru muda,sepertinya sore ini ada sebuah moment spesial yang tiba tiba merubah penampilannya.
Gelisah tercetak jelas diraut wajah Nino,entah sudah berapa lama dia mencoba mengumpulkan keberanian untuk menghadapi moment ini,entah sudah berapa banyak kata yang dia persiapkan,dan entah berapa kali hari ini dia menghafalkan kata yang akan dia ucapkan.Tiga puluh menit berlalu.......saat sosok gadis itu datang menemuinya,gadis yang selama ini menghiasi setiap kesendirian malam malamnya,gadis yang selalu menjadi inspirasi dalam tiap karya karyanya,dan hari ini Nino merasa telah cukup menyimpan rasa itu sendiri.
"dah lama kak...??
"lumayan,kalau buat ndengerin lagu dah habis 5 album dewa"
"jiaaaaahhhh,,,,,,,berlebihan" cibir gadis itu
"biarin......." Nino berkelit,
Sore itu si gadis tampak begitu anggun atau memang Nino yang terlampau memuja gadis itu hingga dia begitu nampak istimewa.Sesaat hening,sampai suara klakson motor memecah hening.


"kak.....maaf ya,aku jalan duluan"
"kemana " Nino gusar
"tuh....jemputan dah datang" ,jawab gadis itu seraya tersenyum
Nino menoleh ke arah halaman depan tampak olehnya seorang pemuda mengendarai sebuah motor,
"mau kencan eah ?"
"hihiiii....eah kak"si gadis tersipu
"hemmm....ttdj eah"
"eah kak makasih,ditinggal ga' apa apa kan ?"
"eah.....jalan gih dah ditungguin kan" suara Nino terasa sesak
"thaaaaa thaaaaa kak Nino....." si gadis berlalu meninggalkan Nino diberanda itu,Nino hanya mengikuti keduanya dengan tatapan kosong,ditangannya masih tergengam kotak kecil bersampul biru muda yang kemudian diletakannya dimeja.


Kesiur angin seakan mengejek lagi kekalahan Nino sore itu,sementara Nino masih tekun mengutuk ketololannya sendiri yang entah sampai kapan baru dapat dia kalahkan,hilang semua kata kata yang telah seharian tadi dia hafalkan,lenyap semua asa indahnya berganti kekalahan menyesakan dada.Masih termenung Nino,sampai selantun suara mengagetkannya,
"kak.....kak Nino....." suara kecil itu memanggil manggil
"masuk aja Dit....,kakak disini" jawabnya
"kak.....tolong antar Dita nyariin kak Lira" pinta gadis kecil itu memelas
"emang blom pulang "
"blom kak,,,tadi Dita kira pergi sama kakak"
" ga' jadi Dit,kakakmu tadi pergi sama teman cowo'nya" sahut Nino pelan
"ayo kak.....cari kak Lira....udah jam segini blom pulang,,Dita khawatir"
bila menuruti perasaanya Nino enggan,tapi cemas mengalahkan egonya.


Nino,Dita,dan Ical menelusuri tiap jalanan kota kecil mereka,mencari Lira.Entah telah berapa lama mereka mencari,Dita semakin cemas,Nino pun merasakan hal yang sama,hanya ical yang terlihat sedikit lebih tenang,saat mereka hendak menyerah mencari tiba tiba mata Nino mengenali sebuah motor yang diparkir dihalaman sebuah motel.
"maaf mba'..apa tadi ada cowo' yang chek in disini bareng cewe' ini ?" Nino bertanya sambil menyodorkan sebuah foto
"hemmmm.....ada mas,belum lama,sepertinya cewe'a ngantuk gitu"
"yang bener mba' " tanya Dita
"iya dik,saya tadi sempat curiga juga" sang resepsionist berujar
"boleh tahu mereka dikamar mana ??" tanya Nino
sang resepsionist tak menjawab namun terlihat mencari cari sesuatu,
"kamar no sebelas mas,mari saya antar"
mereka bergegas mencari kamar dimaksud bersama sang resepsionist,Dita makin cemas,Nino dan Ical seperti sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi.

Pintu kamar itu terkunci,setelah dipanggil berulang ulang si penghuni kamar tetap diam,Nino makin tak sabar,tiba tiba Nino dan Ical mendobrak pintu kamar itu tanpa meminta izin,dan yang terjadi.......????????????????.


Sanggar sudah sepi lagi,,,,,,cuma Frisca dan Ian yang tersisa mereka berdua tampak semakin dekat dari hari ke hari,hanya saja mereka berdua masih belum mampu mengakui apa yang sama sama mereka rasakan.
"kak...."
"eah Ca...."
"sanggar ini makin rame yah...."
" Ian mengembangkan senyum "
"sejak kak Ian datang banyak yang belajar disini"
"ahhh....dari dulu juga dah rame kan?"
"dulu cuma anak anak kecil,sekarang banyak cewe'a " ada cemburu menelusup kali ini
"termasuk kamu kan Ca....?" sahut Ian sembari melucu
"yeeee......aku sebelum mereka mereka juga dah ada" sungut Frisca
"iya...iya...tahu...kamu kan senior disini" ledek Ian
"senior tapi......" suara Frisca terputus
"tapi apa hayoooo.....?"
"udah ahh ga' usah dibahas kak,bikin bete" Frisca masih sewot
"baiklah ibu senior" Ian meledek lagi
Frisca mencubit lengan Ian membuat Ian meringis,,,,,,kemudian mereka berdua larut dalam canda yang hanya mereka berdua yang tahu,dan sanggar itu kembali menjadi saksi.


"heiiii sepupu cantikku......" seru Frisca
"heii sepupuku yang bawel...." jawab Lira,
keduanya berpelukan sampai sampai mirip teletubbies hihiiiiiii,
"kok ga' ngabarin sih Ra..?"
"biar jadi kejutan" sahut Lira
dua bersaudara itu kemudian asyik bercakap cakap melepas kangen sembari mengemasi barang barang Lira,sampai pandangan Frisca terantuk pada sebuah patung cupid kecil,seperti de ja vu.
"itu dari kak Nino" suara Lira
"ini ??" sahut Frisca sambil menunjukan cupid kecil
"hu um,beberapa tahun yang lalu kak Nino ninggalin itu"
"hemmm...siapa tuh kak Nino ????.....cieeeee" ledek Frisca pada sepupunya
"dia orang yang pernah nyelamatin aku" mata Lira berkaca
"pasti dia berarti banget yah Ra ???"
"saat kak Nino pergi baru aku sadar" tambah berkaca mata Lira
"memang begitu Ra....terkadang kita baru sadar setelah kehilanngan"
"kak Nino pergi tanpa pamit,sepertinya kecewa banget sama aku Fris" setengah terisak
"udahh Ra.....kalau kalian berjodoh kelak ketemu lagi"
Lira menjatuhkan pelukannya pada sepupunya itu,tangisannya makin menjadi,sementara Frisca hanya mampu membelai rambut sepupunya itu,dia seakan larut dalam kesedihan Lira.

Terjawab sudah apa yang dibenak Frisca tentang cupid kecil milik Lira,saat pertama kali melihatnya dia merasakan de ja vu.Disudut ruangan sanggar sebuah lukisan mini berlatar hitam dengan gambar cupid yang mirip dengan cupid milik Lira terpampang,tapi Frisca ga' tahu siapa pemilik lukisan itu,disanggar itu ada beberapa pelukis yang aktif dan ga' ada sama sekali yang pernah bercerita tentang lukisan cupid itu.Sanggar masih sepi,Ian belum datang, beberapa temannya yang lain juga agaknya sedikit terlambat,padahal mereka akan membahas tentang pameran lukisan perdana sanggar mereka.
"hei......ibu senior" suara Ian membuyarkan hening
"ihhhh....kak Ian rese" sungut Frisca
"weitssss.....si ibu marah" ledek Ian lagi
"awas yah......" Frisca melancarkan jurus andalannya mencubit Ian
"heeeiii genit,main nyubit...,naksir yah???" seloroh Ian,paras Frisca bersemu
"ogahhhhh......yang ada ntar aku dikeroyok fans kak Ian"
"hahahahaaa.....kan kamu salah satu yang ngefans Ca ???"
"nyebelin"
"tapi ngangenin kan ???" sahut Ian
"pe de......" cibir Frisca
"emang" Ian tersenyum
dan keduanya pun beradu pandang seakan mencari apa yang tersembunyi dalam sorot mata masing masing.


Suasana pameran yang digelar Ian dan teman temannya cukup ramai,banyak pengunjung yang antusias dengan pameran lukisan itu,bahkan ada beberapa pengunjung yang tampaknya tertarik memiliki lukisan yang ada.Ian akhirnya dapat mewujudkan impian yang sempat tertunda,walau bukan pameran tunggal tapi sudah cukup mengobati jiwa senimannya yang haus.Saat Ian tengah larut dalam ufforia,selantun suara menyapa,
"pa kabar bro...??"
"heiiii......datang juga,baik bro" jawab Ian sumringah
dua sahabat yang telah lama tak sua itu berpelukan.
"hebat...sekarang dah bisa pameran" sanjung sahabatnya itu
"ahhh biasa aja....ni juga bareng sama teman teman kok" Ian merendah
"tapi setidaknya impianmu dah terwujud kan ?"
"hu um....,tanpa kalian kalian sahabat sahabat terbaikku ini ga' kan terjadi"
"kebiasaan....merendah mulu" seloroh sahabat Ian
"hehe...,gimana sanggar disana ??" tanya Ian
"masih jalan kok,,,banyak yang nanyain kamu tuh"
"masak sich ???"
"yups.....apalagi Lira"
"lira...????" desis Ian

kemudian memorinya berputar pada kejadian beberapa tahun lalu di beranda rumah Lira sore itu,semua masih tercetak jelas saat kekalahan menyesakkan itu mempecundanginya.Dan karena alasan itulah Ian memutuskan meninggalkan sanggar dan kota kecilnya,sampai saat ini dia belum pernah kembali ke kota kecilnya,mungkin dia enggan mengingat kembali semua kepencundangannya,kekalahan yang kemudian menuntunnya pada apa yang diraihnya hari ini,walau kadang ada segumul rindu untuk bertemu dengan sahabat sahabat lamanya.
"woyyy......." bentak pelan sahabatnya membuyarkan lamunan Ian
"maaf bro...."
"pasti inget Lira kan ?" selidik sahabatnya
"hemmm sedikit"
"emang kamu ga' kepingin ketemu Lira ?"
"kadang" jawab Ian singkat
"denger denger dia kesini,katanya sepupunya disini"
"owhhh"
"tapi aku belum sempat kontak sama dia" sahabatnya menambahkan
"aku tinggal dulu bro...ada yang mau ku urus bentar" ujar Ian
"sipp....aku juga mau lihat lihat kesebelah sana"
lalu mereka berpisah.....

Frisca dan sepupunya sedang mengamati lukisan cupid,,,
"ni lukisan yang ku ceritain Ra..."
"siapa yang bikin emang ?" tanya Lira
"ga' tahu Ra.....tapi dilihat dari pewarnaanya mirip gaya lukisan kak Ian"
"Ian....?"
"iya kak Ian....separuh lukisan dipameran ini karya kak Ian"
"Nino....." desis Lira
"apa Ra...?" tanya Frisca
"ahh ga'.....aq cuma inget blom ngabarin Ical"
"owhhh"
kemudian Lira meraih ponselnya dan menelephone Ical.

Frisca menghampiri Ian,Ian tersenyum melihat kedatangan Frisca,sejak pagi tadi mereka belum sua.
"selamat kak...pamerannya sukses" Frisca tersenyum
"sama sama bu senior"
"mulai mulai" Frisca merajuk manja
"hehe....kan bukan pameran tunggal jadi ini milik kita bersama"
"tapi kan lukisan kakak paling banyak" sela Frisca
"tanpa kalian,dan terutama kamu ini ga' akan terjadi Ca.."
"makasih kak.." Frisca senang mendengar kata Ian
"sama sama bu senior" ledek Ian
"rasain nih..." Frisca kembali sukses dengan jurusnya,Ian meringis.
sampai Lira dan Ical menghampiri keduanya baru mereka menghentikan canda.

Ian dan Lira sama sama tak menyangka dengan pertemuan itu,telah bertahun tahun mereka tak sua,semenjak kejadian malam itu.Ical dapat memahami apa yang terjadi,tapi Frisca tampaknya masih berusaha keras mencerna apa yang sedang terjadi.
"Nino..." desis Lira
Frisca semakin tak mengerti ucapan sepupunya itu
"Nino ???" tanya Frisca tanpa sengaja
"iya....aku Nino,Ca.." jawab Ian
"jadi kalian,,,,kalian saling kenal ?" Frisca takjub
"dia Nino yg aku ceritain Fris.." ujar Lira pelan
nampaknya Lira belum mampu menguasai perasaannya yang berkecamuk,pertemuan yang selama ini didambakannya terjadi begitu saja,tapi kini Nino telah berubah,tak ada yang mampu ditangkapnya dari tatapan Nino,tatapan yang sangat dirindukannya,tatapan itu telah berganti menjadi tatapan seorang sahabat lama,bukan tatapan seorang Nino yang dulu,yang pernah terlambat disadarinya,mungkin tatapan itu kini telah menjadi milik gadis lain.

Diberanda sanggar,Ian dan Lira masih bungkam,semilir angin malam seakan menjadi musik latar kebungkaman mereka,Ical dan Frisca berdiri tak jauh dari mereka......
"apa kabar kak ??"
"baik Ra...kamu sendiri"
"seperti yang kakak lihat" suara Lira serak menahan tangis
"maaf Ra....waktu itu aku ga' pamit"
"aku ngerti kak,pasti kakak kecewa"
"bukan itu alasan satu satunya" jawab Ian,suaranya bergetar
bagaimanapun Lira pernah menjadi mimpi terindah dalam tiap lelapnya,walau kini semua sudah menguap bersama perpisahan yang terlampau lama,dan tanpa disadarinya justru perpisahan itu yang menebalkan rasa Lira padanya.
'kak......"
"iya Ra..."
"apakah masih ada rasa itu ?"
pertanyaan Lira benar benar menghujam tepat dihati Ian,jujur pertemuan ini juga di impikannya,tapi tidak dengan cara dan suasana seperti ini.
"maaf Ra....." jawab Ian pelan seakan takut menyakiti Lira
"siapa gadis itu ?" makin terisak
"Frisca......" jawab Ian
jawaban Ian benar benar membuat isak Lira terlantun,tanpa sadar dia menjatuhkan peluknya pada Ian,airmata Lira membasahi bahu Ian,dan sepercik rasa bersalah menjalari hati Ian,tak seharusnya dia menyakiti Lira,tak pernah dibenaknya ingin membuat Lira menangis,dalam hatinya berbisik lirih "maaf Ra....tapi cinta sudah lewat"

Ical menyuruh Frisca menghampiri mereka,Frisca melangkah pelan.Menyadari kehadiran Frisca,Lira melepaskan dekapannya pada Ian dan berpaling kedalam dekapan sepupunya itu dan mencurahkan segala tangisan serta penyesalannya karena telah melewatkan sesuatu yang sangat berarti dalam hidupnya,dan kini dia harus menerima kenyataan bahwa sepupunyalah yang telah memiliki kebahagian itu,kebahagian yang pernah dia siakan.Frisca tersenyum pada Ian,seakan hendak menguatkan hati Ian,malam semakin larut,sang bulan makin pucat seiring desau bayu yang mengiris nadi,tangisan Lira telah berganti dengan isak pelan,namum masih mampu menikam hati Ian,Frisca mencoba memahami apa yang terjadi,sedangkan Ical hanya membisu menyaksikan adegan yang terjadi pada sahabat sahabatnya itu.


"kenalin....aku Riantiarno....anak baru disanggar ini"
"aku Frisca...selamat datang eah" seraya mereka berjabat tangan
"oh ya...aq harus panggil apa nih ??"
"panggil aja Ian&" jawab pemuda itu tersenyum

Selintas kenangan itu melintas,saat pertama kali Frisca berkenalan dengan Ian,senyumnya mengembang,dan senyum itu tertangkap oleh Ian.
"hayo,,,,,senyum senyum"
"ihhhhh apa sich kak Ian,,,eh salahh kak nino "
"jiahhhh Nino,,ikut ikut Lira ajah,plagiat tau....." ledek ian
"biarin,,,,wekkkkzzzzzzz" cibir Frisca
dan keduanya pun larut dalam kebersamaan sore itu,sampai senja menjelang dan jingga mewarnai kaki langit,sore yang indah seindah rasa yang menyelimuti Ian dan Frisca.


____TAMAT----














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please coment + kritik,ataupun sarannya,,,,,makasih.