Lelaki Itu

Termangu dia di tepi jalanan bising,
tertunduk menekuri ujung sepatu bututnya.
Segala do'a seakan hilang tak berbekas,
semua puja...,pun tiada beri safaat.

Wajah kuyu itu kian lusuh,
dari detik ke detik di penati aral yg katanya penguji iman pada Illahi.
Dan....tersisa kini otak kosong,
di balik kepala yg makin penuh,
oleh harap yg urung terwujud.

Hingga....
hampir dengan mudahnya sang hitam membujuk....
"sekutukan saja Tuhan mu".

Menemukan-Mu

Letih yg seharian tadi menggayut,
penat yg melekat erat,
ku rasakan betapa nikmat malam ini.

Ahhh....,
kan ku jadikan titian menemukan-Mu,
ku jadikan tilam tidur lelap ku,
biar lepas.....semua hilang,
melayang terbang....

Karena akan jadi awal,
langkah ku tuju mimpi mimpi malam ku.
serajut indah tentang-Mu.

Takut

Duhai sesuatu yg tak terelakan..,
disini aku masih takut kau suai....
khawatir pada engkau yg sangatlah pasti.

Uuuh....benar benar aku bukan pemilik sejati,
hatiku kadang masih terbutakan dunia,
sering aku menghirup wangi yg tak semestinya,
menjamah yg bukan seharusnya,

Duhai sesuatu yg teramat pasti,
aku....bukanlah pemilik sempurna hati.,
pasti..!.

Buat Adik

Bangun...!
buka mata mu..!
bergegas....
dobrak saja kerangka bodoh mu.

Teriak....!
tulikan tololnya busuk ego mu,
maki semua.....
cerca seluruh ketakpedulian mu.

Harusnya....,
mendewasa kamu
iring langkah siklus usia mu,
mestinya...,tanggalkan saja kekanakan mu,
biar...,jadi cerita kemarin.

Kabar Pada Sahabat Asing

Mengertikah kamu...,sahabat ?,
kota ini semakin mati,
tambah ketat lingkar sepi,
dingin menyimpul hati.

Tahukah...?
jalanan ini rindukan dawai,
mendenting di tampar tari jemari.

Sadarkah....?
semarak kota ini lenyap tanpa mu,
jejak langkah risau mu.

Kisah Matahari

Matahari pun bercermin,
di tengah padang merangrang.
Pada tepian rawa yg semaput,
dia pertanyakan kejam angkuhnya.

Kesana kemari segerombol nyawa,
terdera terik melilit.
Hanya di topang sebentuk ingin,
cuma berharap.....
rindu yg tak mungkin.

Dan matahari pun murung,
lalu di panggilnya sekawanan mendung,
di teriakinya derai derai,
tapi..,mereka tiada peduli,
lalu....,dia pun tersedu,
menangis.....

Amnesia

Mencari bentuk di waktu remuk,
aahhh....,aku tersekat,
mencari nada sewaktu dawaiku sumbang,
aku tertekan....,
laguku s'makin tak berirama.

Mengumpulkan puzle-puzle berserakan,
mengintari sejuta bayang....,
aku kecapaian,
lebam ini makin meradang.....,nian.

Lalu coba kumpulkan seribu akan,
menyusun lagi puzle keakuan,
aku tersentak.....
sepotong wajahku tertinggal,
aku...,s'makin tak beraturan.

Beda

Perbedaan....
mereka bilang awal
ku rasa bisa....,
pahami polah mu
dan ternyata...,
sukar.

Lalu suatu mirip,
mampu menatih cerita
aku benci...!
beda memisah jurang,
padahal....
kosong bermula.

Bosan

Ku rayakan semua,
dengan alunan lagu tentang sakitnya egoku,
sejauh jejak cerita,
di lumur bohong yg begitu indah menghias,
teramat manis ku reguk.

Sudah buat ku melayang tinggi,
lalu deras meluncur,
dan terpuruk disini.

Aku lelah bertanya,
Tuhan.....,
aku bosan berkeluh kesah.

Pagi

Pagi di bulan ini...,
yg kesekian kali....,
murung yang pertama kali.

Di lingkar sepoi dingin yg mendesir...,
waktu hari seperti tak punya matahari.

Jatuh hati yg kesekian kali...,
seperti dulu...,
selalu di pecundangi.

Ahhh....gerangan apa rasa yg terasai ?,
seperti ini berkali-kali,
seperti tak mungkin usai....
berhenti.

Pengantin Mawar

Pada pelataran sebuah pagi,
sejuta embun kehilangan hidup yang sejenak...
larik bias cahaya menyingkap remang alam,
selusin wangi melati merangkai puja.

Bibir sang mawar masih sedikit basah,
sembari menatap cemas,
akhh.....akhir hari ini adalah ujung perjalanan yg ta' terpetakan.

Padahal....
dia sedang menanti kekasihnya,
pulang dengan janji yang tertinggal kemarin,
tapi...,tiada peduli sang hari terus saja berlari,
dan sang mawar....?

Wanita

Pertaruhkan satu
demi yang satu,
itu katanya buah cinta
perpaduan segala rasa.

Dengan erang
coba beri hidup,
dengan satu perjanjian,
lepaskan sejenak
harap buat hidup.

Renungan Buat Pacarku

Didunia yg dibawah dunia kita
"menjijikan" katamu,
baunya memualkan,
mengobok-obok isi perut,
ada cinta makhluk bernyawa.

Dilorong-lorong gelap,
yg sehitam adatmu
s'pasang bentuk bercengkrama....
berdua
tanpa kenal kilau permata,
tanpa bising nyanyi dusta pendosa.

Kau tahu itu,
pacarku...?

Antara Bayang

Jernih telaga piaskan bayang,
raut paras sang rindang,
jelas terpatri rasa meradang,
ada jiwa....meringsut cemas,
ada beda...terlukis jelas,
"antara bayang".

Aku & Caraku

Bisu seribu bahasa,
termangu.....
"pengecut !" kata mu,
"penakut" dunia pun berujar begitu.

Dan.....mungkin tetap begitu
sebab katanya
diam sudah bercerita,
membisu batu juga
cinta t'lah bercerita....
sewajarnya.

Sebuah Damba

Aku ingin mentari itu datang,
biar sinarnya menyeruak mata
tandakan..,masih terberinya ruang.

Aku ingin siul pagi riuhi telingga
agar jiwa berdansa ria
katakan....,kalau tawa tetap ceria.

Aku ingin....,redup itu kembali terang
biar sesat tak berkelanjutan
biar arah tak lagi hilang.

Metafhora

Metafhora......
dunia kias mata
di rentang waktu
sela antar himpit
mengindahi hias reka
mewarna kanvas-kanvas jeda.

Koma antar kata
bait-bait puisi puja
nyata mendekap mata
memburam buta.....rela.

Perahu Kertas

Perahu kertas dikulit air
menunggang impi,
renangi lepas samudera,
lumat di lingkar mimpi.

Perahu kertas dirajam air,
telah berkhayal,
lepas berlayar.

Wanted...


Hati-hati....pembunuh brdarah-darah

Si hijau yg imoetz....


Hay guys.....aq ikutan nampang di blog nich,keren kan aq..???