Cerita Dita

Di sebuah ruangan praktek dokter kandungan, "selamat pak,anda akan menjadi seorang ayah" ucap dokter muda itu kepada Radit. "usia kandungan istri bapak sudah 3 bulan" dokter muda itu menambahkan sambil tersenyum. Radit menatap wajah Dita lekat lekat,seakan takjub dengan apa yang baru saja di dengarnya,sementara Dita hanya tertunduk. ................................................................................................................ Nisa mengamati ruangan yang disebut kamar oleh tunangannya itu,dimatanya ruangan itu tak lebih dari sekedar gudang.Tiba tiba ponsel tunangannya itu menyalak memberi tahu kalau ada sebuah pesan yang masuk. "mas ada sms masuk nih" "buka aja Nis,mungkin dari Ibu" jawab tunangannya dari ruangan sebelah. Nisa meraih ponsel itu,sebuah pesan singkat dari nomor yang tak dikenalnya,seketika wajahnya menjadi pucat kemudian dia bergegas meninggalkan kontrakan tunangannya tanpa pamit. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Dita hanya terdiam dihadapan Radit yang menghakiminya seolah Dita adalah pesakitan yang tak layak mendapatkan pengampunan. "katakan padaku siapa ayah bayi yang ada di rahimmu ?" pertanyaan Radit bagaikan tombak yang menghujam ulu hatinya. "kenapa sekarang kamu mau tahu,bukankah selama ini kamu ga' pernah mau tahu denganku ?" jawab Dita "aku bisa terima saat tahu kalau kamu ga' perawan lagi,tapi ini sudah keterlaluan" suara Radit tiba tiba melunak,dan Dita pun hanya diam seribu basa.Kenangannya berputar pada kejadian dimana dia dan Andra bertemu untuk terakhir kalinya. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Senja menjelang turun diperaduannya,setelah seharian tadi mentari menjajah bumi dengan terik yang sangat,desau angin seakan melantukan syair memuji kebesaran Illahi.Sepasang kekasih yang tengah dirundung rindu bercengkrama tanpa mempedulikan sekitarnya yang semakin hening,hanya suara ombak yang mencumbu bibir sang pantai dan jeritan sakawananan camar yang hendak pulang sarang mengiringi kemesraan dua sejoli itu. "kamu ga' menyesal Dit dengan apa yang terjadi?" tanya Andra dengan lembut sambil membelai rambut lebat kekasihnya itu. "ga' sayang...." jawab Dita sambil tersenyum,kemudian keduanya berpelukan semakin lekat seolah takut terpisahkan lagi,diluar sana sesabit bulan seperti berbisik pada sebelas bintang yang memagarinya bahwa sebuah nista terukir lagi dan itu mengatas namakan cinta.Cinta yang entahkah masih pantas disebutkan cinta disaat mereka mereka yang menjalaninya tak mampu lagi membedakan arti tentang cinta yang mereka puja.ahhhhhhh apakah dunia benar benar telah renta ??. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Dita tampak gelisah menunggu balasan pesan singkat yang telah dikirimnya sejak seminggu yang lalu,sementara hubunganya dengan Radit semakin memanas,setiap waktu pertengkaran demi pertengkaran datang silih berganti.Seperti kata pepatah penyesalan selalu datang terlambat dan nasi pun terlanjur menjadi bubur.Pembuktian cinta yang pada akhirnya hanya merunyamkan keadaan,tapi dalam penyesalan itu ada sedikit rasa haru yang menyelinap dalam relung hatinya,di usapnya perutnya yang sebenarnya masih terlihat datar masih memperlihatkan keindahan raga seorang wanita,tapi....ada sebuah kehidupan disana.Sesosok bayi telah bersemayam di rahimnya,yachhh....bayi yang seharusnya dapat membuatnya semakin dekat dengan Radit seperti apa yang sering dia saksikan pada pasangan yang akan segera memiliki momongan,tapi justru hadirnya janin di rahimnya itu memicu pertengakaran dan pertengkaran tak berujung. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Akhir akhir ini Radit sering sekali bengong,sehingga membuat teman sekerjanya terheran,sebagai pengantin baru sewajarnya Radit tak begitu keadaannya,tapi kenyataan bahwa Dita kini tengah mengandung yang membuat kehidupannya bersama Dita semakin hari semakin jauh.Apakah ini resiko yang harus diterimanya ?,kerena telah mempersunting Nina yang baru saja di kenalnya beberapa hari melalui pertemuan tak terduga itu. "Rad..,kenalin ini Dita temenku" Ririn mengenalkan Nina pada Radit. "Radit.." dia menyebutkan namanya sendiri seraya menjabat tangan Nina,Nina pun tersenyum sambi memperkenalkan diri pada Radit.Keduanya kemudian terlibat dalam pembicaraan yang hangat,cara bicara Radit yang enak untuk didengar membut Dita semakin betah berlama lama bersama Radit,dan tanpa disadarinya itu memercikan kekaguman Radit pada dirinya. "woe....nglamun aja loe dari tadi" sesosok berkata sambil menepuk pundak Radit,dan itu membuyarkan lamunannya pada masa dimana dia pertama kali berjumpa dengan Dita yang kemudian di persuntingnya. "tuh ada pasien" temannya berkata lagi.Radit beranjak dari tempatnya melamun dan menghampiri orang yang disebutkan temannya sebagai pasien. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- "Hallo......" suara di ujung sana terdengar parau,suara seorang wanita yang tampaknya sedang menanggung beban yang sangat berat. "hallo...maaf dengan siapa ini ?" tanya Nisa pada wanita itu "saya Dita,bisa bicara dengan Andra ?" suara parau itu menjawab. "oh..,sebentar mba' saya panggilkan mas Andra" sejurus kemudian Andra dan Dita terlibat dalam pembicaraan yang serius.Nisa hanya mengawasi tunangannya itu dari jarak yang sedikit jauh,tapi sayup sayup dia dapat mendengar apa yang Andra ucapkan.DEtik demi detik merangkak merangkai menit dan tak terasa percakapan antara Andra dan Nina telah berlangsung sekitar 30 menit. "aku ga' tahu lagi harus bagaimana" Dita berkata dengan sedikit terisak,Andra pun terdiam untuk beberapa detik kemudian berkata, "aku juga bingung,sekarang aku juga sudah tunangan" "maksud kamu apa ?" tanya Dita,Andra menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan seakan bermaksud membuang segenap beban yang mengayuti pundaknya.Di sudut lain Nisa masih mengamati Andra. "cewek yang tadi bicara sama kamu itu tunanganku" Andra berkata lirih,Dita terhenyak mendapati kenyataan bahwa Andra telah bertunangan,dia tediam dan kemudian menutup percakapan itu.Nisa menghampiri kemudian menepuk pundak tunangannya itu seakan mencoba memberikan tambahan semangat,Andra menatap wajah Nisa dengan tatapan kosong dan Nisa pun tersenyum,senyum yang entah apa maknanya. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nisa dengan sabar mendengarkan apa yang di tuturkan Andra padanya,ternyata pertanyaan besar yang beberapa waktu belakangan menggayuti benaknya benar adanya,Nisa mencoba memahami setiap rangkaian peristiwa yang di ceritakan Andra dengan segala kebijakan hati yang dimilikinya,baginya semua bagaikan mimpi di siang hari yang terik.Pertunangannya dengan Andra,kemudian kemunculan wanita dari masa lalu Andra dengan membawa cerita yang sangat fantastis semakin mengoyakan keyakinannya pada sebuah bahagia yang telah di pelupuk mata,sebuah pernikahan sakral yang sangat di idamkan terancam musnah.Sebagai wanita dia mampu merasakan apa yang tengah dirasakan wanita bernama Dita itu,tetapi sudut hatinya pun memberontak,menolak semua kenyataan yang sayangnya tak dapat di tolaknya.Kenyataan bahwa Andra tunangannya telah menghamili wanita bernama Dita itu. "Nis...." suara Andra memecah keheningan lamunannya,di tatap wajah Andra dalam dalam seolah ingin mencari sejuta makna yang melekat pada wajah tunangannya. "mas.....,sebenarnya saat ini siapa yang paling penting buat kamu ?" setelah mengumpulkan segenap keberaniannya Nisa mengajukan pertanyaan yang membuat Andra serasa di hujam tombak tepat di jantungnya.Andra tak langsung menjawab,dia seperti mencari jawaban yang paling tepat dan rasional,sekarang Andra merasa bagaikan disuguhi buah simalakama dimana setiap keputusannya hanya membawa petaka bagi orang orang yang di kasihinya. "maafin aku Nis....." hanya itu yang terucap lirih dari bibir Andra,Nisa tersenyum simpul. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Radit melangkah gontai dengan membawa segenap berat beban di pundaknya,tatapannya kosong menerawang jauh menelusup gelap dunia yang telah hampir terlelap dalam rengkuhan sang malam.Semilir dingin angin lewat yang membungkus langkah Radit menjadi terasa hangat bagi Radit yang tengah terpekur menatap bintang gemintang di angkasa,tatapan matanya seperti hendak mengelupas celah celah bintang berharap menemukan secercah senyum yang mungkin dapat ia pinjam tuk menghiasi hari hari kelabu pernikahannya.Entah berapa lama menit yang ia habiskan untuk melepaskan sejuta khayal di angkasa malam itu,tanpa disadarinya langkahnya terantuk kaleng softdrink dan menimbulkan suara yang berisik membelah hening malam.Radit menghela nafas panjang dan berat ,dilanjutkan langkahnya yang tertunda karena insiden kaleng softdrink tadi,menuju rumahnya. Tanpa gaduh Radit melangkah ke arah kamar dimana istrinya tertidur,dipandanginya wajah terlelap itu dengan perasaan yang berkecamuk,wajah itu nampak polos,lugu bagaikan wajah seorang peri dengan berhias selengkungan senyum,sepertinya Dita tengah terbuai mimpi yang indah.Sededik kemudian Radit melangkah menuju ruangan makan,di atas meja terlihat makanan yang telah disediakan Dita,tanpa terasa selengkungan senyum menghiasi bibirnya.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Disudut malam yang lain,Andra dengan sejuta kebisuan terpekur di teras kontrakannya bertemankan beratus ratus nyamuk yang dengan sukarela menyanyikan kidung malam.Baginya dunia serasa sempit,semua terasa menekan ketat dan tak memberikan ruang tuk menghela nafas dengan lapang,masih terbayang jelas hari ketika dia mendengar warta bahwa gadis pujaannya telah dipersunting orang,dan ketika dia mampu dan terbiasa dengan keadaan itu dengan hadirnya Nisa dalam hari harinya lewat pertunanangan yang sebenarnya tak pernah di impikannya tapi ternyata mampu melipur segala rasa perih yang mengiris ketegarannya sebagai lelaki dan merapuhkan bijak yang bertahun tahun dipelajari dari kerasnya hidup,tapi gadis masa lalunya tiba tiba menyampaikan sesuatu yang seperti hendak meluluhlantakan semua kebahagiaan yang baru saja tercipta karena senyuman tulus dan hangatnya tatapan mata Nisa.Dalam hati Andra berteriakan sekencang yang ia mampu,egonya menolak hadirnya kembali Dita dalam lembaran hari harinya baginya saat ini Nisa adalah hidup dan bahagia yang tersempurna,namun sadarnya terusik ketika ingatannya terbentur pada janin yang ada di rahim gadis masa lalunya itu.Dan hatinya pun terkesiap membayangkan beratnya hari hari Dita kerena keadaan itu,seharusnya dia ada disisi Nina menenangkan,melindungi dan memberikan teduh bukan terdiam disini dan hanya mencoba mengabaikan semua yang terjadi.Tapi disana ada orang yang telah memiliki dan lebih berhak menjaga Dita,dan Nisa dengah segala ketulusanya sebagai wanita pun tak harus ditepikan begitu saja hadirnya. -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Malam telah mengarungi sepertiga perjalanannya menuju pagi tapi Radit masih terjaga,entah berapa puluh batang rokok yang telah dihabiskannya tak terhitung lagi jutaan keluh kesahnya pada Tuhan yang telah terlantun malam ini tapi tak jua mampu melelapkan matanya. "mas....kok ga' tidur?" tegur lembut Dita padanya memaksa untuk menghentikan nikmatnya kesendirian malam itu,tanpa bersuara Radit menoleh tampak olehnya Dita berdiri tak jauh dari tempatnya bertahta. "aku ga' bisa tidur nih,ga'tahu kenapa"jawab Radit seraya tersenyum,tapi jawaban itu telah cukup untuk membuat Dita mengerti. "lah kamu ko jam segini bangun ?" Radit balik bertanya "aku biasa ko bangun jam segini " jawaban Dita disertai selengkungan senyum yang seperti biasanya,senyum itu yang mengetarkan Radit ketika pertama kali berjumpa.Pertemuan yang berujung dengan keadan yang tak semestinya seperti saat ini. "oh.....,gitu ya ?" Radit tersadar bahwa akhir akhir ini dia jarang pulang kerumah itu,memang semenjak pertengkaran mewarna dalam pernikahnya dia lebih sering melewatkan malam bersama teman temannya.Sebuah keadaan yang terlihat janggal mengingat usia pernikahan mereka baru dalam hitungan bulan. "mas...aku tinggal shalat dulu ya" Dita memecah kebisuan,Radit tak menjawab dan hanya mengawasi kepeargian Dita dengan masih membisu,dalam hatinya mengharu biru mengetahui bahwa Dita masih lebih tegar menghadapi masalah yang mendera dalam hubungan mereka dengan lebih mendekatkan diri pada Tuhan.Sayup sayup terdengar adzan subuh dari surau seberang jalan,Radit beranjak dari tempatnya menahtakan diri tuk memenuhi panggilan Illahi yang entah berapa lama ia telah tinggalkan. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- beberapa bulan berlalu...... Seorang ibu muda tergolek di ranjang menahan sakit,berjuang bertaruhkan selembar nyawa yang dimilikinya demi seorang bayi yang hendak dilahirkannya,di bantu beberapa orang wanita berseragam serba putih ibu muda itu berjuang dan berjuang mengumpulkan segenap sisa sisa kekuatan yang makin lemah,dalam hatinya berkecamuk berbagai macam perasaan.Seharusnya orang orang yang dikasihinya saat ini ada di sampingnya dan memberikan suntikan semangat,namun saat ini entah dimanakah mereka semua ???,disaat ia sedang bergelut melawan waktu demi bayi yang akan menghirup udara fana yang pertama kalinya,tapi nalurinya sebagai seorang ibu dengan sigap menepis semua itu.Diluar sana purnama tertutup segumpalan mendung menjadikan suasana menjadi muram,wanita berseragam putih itu dengan sabar terus memompa semangat sang ibu muda agar tidak menyerah dan terus berjuang dan berjuang dengan mengesampingkan sejenak harapannya pada hidup.Angin malam berkesiur membawa dingin yang melingkupi semesta,hampir seluruh makhluk dunia telah terlelap dalam pelukan mimpi masing masing,tapi tidak di ruangan itu.Ruangan itu tetap saja terjaga dengan di hiasi rintihan menahan sakit,derasnya tetesan keringat,lusinan do'a dan kata kata wanita berseragam putih yang terus dan terus mengajarkan cara mengejan. Andra tersentak ketika ponselnya menyalak dengan kencang,dengan wajah kuyu dia meraih ponselnya tapi isi pesan yang terpampang dilayar ponselnya bagai cemeti yang dengan dahsyat mencambuk dan menyadarkannya.Tergesa Andra menghubungi Nisa dan berlalu meninggalkan hangat kamar lelapnya.Andra dan Nisa berlari di koridor bangunan itu mencari ruangan yang tadi disebutkan oleh perawat di bagian resepsionist,kecemasan yang sangat melingkupi Andra hal itu tercetak jelas di raut wajahnya yang super tegang.sementara Nisa dengan segenap kedewasaanya sebagai wanita tetap mendampingi Andra dan mengesampingkabn sejauh mungkin ego yang selalu saja mencoba menjajah. Langkah Andra tiba tiba menjadi berat ketika ruangan 117 telah terlihat,sejuta keraguan dan rasa bersalah menjalarinya,Nisa yang sepertinya mengerti apa yang tengah merasuki Andra menegur dengan lembut..... "ga usah khawatir mas.....,semua akan baik baik saja" Andra menoleh dan didapatinya wajah Nisa dengan segala kelembutannya,Nisa tersenyum dan mengangguk.Andra seperti mendapatkan kekuatan baru dari senyuman dan tatapan Nisa,dikuatkan hatinya dan melangkah memasuki ruangan itu di iringi Nisa. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Ruangan itu senyap........ibu muda yang baru saja bertaruh nyawa itu tergolek,dipelukannya seorang bayi perempuan mungil tertidur pulas.Andra dan Nisa beriringan menghampiri ibu muda itu,ketika sadar ada orang lain dalam ruangn itu dia tersenyum,selengkung senyum penuh makna yang hanya pemilknya sendiri yang tahu. "Ndra........" suara ibu muda itu lirih Andra tak menjawab,kerongkonganya seakan tersekat sesuatu yang teramat dahsyat hingga tak mampu membuatnya bersuara. "Ndra........" suara lirih itu kembali bergema,Andra seperti ditampar,seketika sesuatu yang menyekat kerongkongannya musnah,disudut sana Nisa menatap pertemuan Andra dan ibu muda itu penuh haru. "ea Dit......" mata Andra berkaca,di belainya pipi Dita dengan haru yang membuncah "ini putri kita Ndra" Dita berkata lirih,pandangan Andra beralih pada sosok bayi mungil dalam pelukan Dita tak terasa air matanya menetes dan jatuh tepat dikening bayi itu,Andra seakan melihat bayangannya sendiri pada paras gadis mungil itu.Kemudian diraihnya bayi itu dalam rengkuhannya,bayi itu tersenyum dalam lelapnya seakan menyadari siapa yang tengah merengkuhnya,Dita menatap Andra dan bayinya dengan senyuman terindah yang dimiliknya,namun tiba tiba Dita merasa dunia menjadi gelap.....gelap dan gelap. "Ditaaaa............." Andra terisak memeluk tubub dingin Dita,diguncang guncang tubuh Dita yang tetap tersenyum tenang dalam kebisuannya.Nisa pun terisak,dalam pelukannya bayi mungil itu tetap terlelap tanpa menyadari ibunya telah pergi meninggalkannya.Andra masih dengan kesedihannya memeluk jasad Dita seakan tak percaya wanita yang baru saja memberinya seorang gadis mungil itu telah pergi untuk selamanya.Hening.......ruangan itu hening,sampai tiba tiba Radit masuk. Radit berdiri terpaku melihat tubuh istrinya terdiam dalam pelukan lelaki yang tak dikenalnya,Andra yang menyadari kehadiran Radit kemudian melepaskan pelukannya dan berdiri memberi ruang pada Radit.Seperti Andra....Radit pun tidak mampu menahan diri untuk tidak meneteskan air mata menyadari istrinya itu telah benar benar meninggalkannya.Sementara Dita dengan kebisuan abadinya tetap tersenyum,seakan dia tengah terbuai mimpi paling indah. T A M A T











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please coment + kritik,ataupun sarannya,,,,,makasih.