Sepasang Musim
postingan'a: wcp_28 - Rabu, 10 Juni 2009
Berjalan pada sepasang musim,
hujan dan kemarau....
mengigil pun berpeluh....
mencari jalan.
Bersenandung pada kesendirian.....
tak satu pun lindungi aku....
dan ajarkan cara tersenyum,
hanya kepedihan...,
tanpa gelak tawa...,
tanpa lelucon barang sedikit.
Ku mohon.......
lepaskan.....bantu aku,
aku akan mati,
dan tak ada yg mencari ku....
tak satu pun.
hujan dan kemarau....
mengigil pun berpeluh....
mencari jalan.
Bersenandung pada kesendirian.....
tak satu pun lindungi aku....
dan ajarkan cara tersenyum,
hanya kepedihan...,
tanpa gelak tawa...,
tanpa lelucon barang sedikit.
Ku mohon.......
lepaskan.....bantu aku,
aku akan mati,
dan tak ada yg mencari ku....
tak satu pun.
Persimpangan
postingan'a: wcp_28 -
Disini....
dipersimpangan,antara mimpi dan rumah,
tanpa seorang pemandu,
tanpa suara yg meyakinkan aku.
Dalam sepiku....
ku dengar selantun gita,
asa....memanggilku maju...,
tapi aku tak yakin...,
hanya seperti methafora,
absurd....selalu gelap.
Kemudian.....
ku dengar do'a ibunda,
sehebat bayu bawa ku terbang.....,
selalu mengajak pulang.
Tapi....maaf ibu..,
aku tak ingin pulang sekarang,
karena asa pasti ku temukan....,juga gadis ku.
Dipersimpangan....
antara do'a dan gita...,
aku berpantang surut.
dipersimpangan,antara mimpi dan rumah,
tanpa seorang pemandu,
tanpa suara yg meyakinkan aku.
Dalam sepiku....
ku dengar selantun gita,
asa....memanggilku maju...,
tapi aku tak yakin...,
hanya seperti methafora,
absurd....selalu gelap.
Kemudian.....
ku dengar do'a ibunda,
sehebat bayu bawa ku terbang.....,
selalu mengajak pulang.
Tapi....maaf ibu..,
aku tak ingin pulang sekarang,
karena asa pasti ku temukan....,juga gadis ku.
Dipersimpangan....
antara do'a dan gita...,
aku berpantang surut.
Sebentar Saja
postingan'a: wcp_28 - Selasa, 02 Juni 2009
Sejenak....
duhai sahabat terkasih,
pandangi aku,
disini......selalu ku coba mengerti.
Namun.....
adakah kau mau melihat,
luka dan kesedihan mencintamu.
Sebentar saja.....
dengarkan puisi ini,
ku tulis pada keheningan,
adakah kau mendengar....?
segala puja untukmu.
Pun hatiku terbakar,
egoku tersayat,
karena tak kuasa lepaskan harap,
dan ku tahu......
tak pernah pun tak bisa kau pedulikan aku dan punyaku.
duhai sahabat terkasih,
pandangi aku,
disini......selalu ku coba mengerti.
Namun.....
adakah kau mau melihat,
luka dan kesedihan mencintamu.
Sebentar saja.....
dengarkan puisi ini,
ku tulis pada keheningan,
adakah kau mendengar....?
segala puja untukmu.
Pun hatiku terbakar,
egoku tersayat,
karena tak kuasa lepaskan harap,
dan ku tahu......
tak pernah pun tak bisa kau pedulikan aku dan punyaku.
Kita
postingan'a: wcp_28 -
Tahukah kalian duhai teman ?,
hakikat kita satu darah,
yang terlahir dari serakah Adam,
terejawantah lewat rahim Hawa.
Coba renungkan lagi..,
buat apa pengotakan ?,
pilah memilah,
hingga beda kian menjurang,
padahal.....itukan anugerah.
Usah lagi pertanyakan asal muasal,
terima kenyataan ini,
''berdiri kita di tanah yg sama,
berlindung di langit yg sama,
menghirup nafas yg sama''.
Dan cobalah.....
jadikan beda pengikat kita,
biar makin kokoh,
dan tak akan mudah roboh.
hakikat kita satu darah,
yang terlahir dari serakah Adam,
terejawantah lewat rahim Hawa.
Coba renungkan lagi..,
buat apa pengotakan ?,
pilah memilah,
hingga beda kian menjurang,
padahal.....itukan anugerah.
Usah lagi pertanyakan asal muasal,
terima kenyataan ini,
''berdiri kita di tanah yg sama,
berlindung di langit yg sama,
menghirup nafas yg sama''.
Dan cobalah.....
jadikan beda pengikat kita,
biar makin kokoh,
dan tak akan mudah roboh.
Langganan:
Postingan (Atom)