Pecundang Sejati

Langit ga' cerah.....gumpal gumpal mega kayaknya masih nunjukin angkuhnya,temaram tapi romantis....mungkin itu yang terlintas di otak Andra,apalagi disampingnya ada yayangnya. "Ndra.....kamu jangan marah ea please" wew....Andra sedikit heran denger kata kata Sisi,ada apa gerangan ? teng....teng... "mungkin kita sampai sini ae" "ap...apa Si ?" suasana romantis itu tiba tiba menguap tertiup angin (lebay mode on hehe) . "ea.....kita putus,ortuku lebih seneng aku jadian sama Ari,dan aku terlalu lemah,ga' bisa menentang mereka" "jadi kamu pikir aku bisa tegar si ?,lalu begitu aza kamu putusin aku ?" Sisi ga' menjawab terus melangkah pergi,sedangkan Andra cuma bisa mlongo ngelihat kepergian Sisi. "pergilah Si........,semoga itu yang terbaik" Sebaris kata kata bijak terucap lirih seiring tetes air mata Andra,dasaaaarrr cowo' cengeng kelau bisa pasti semut semut pun akan mengejek seperti itu. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- "Ndra....,anterin aku please" Didi merengek pada sohibnya itu. "kemana ?" "ngapelin Mimi" Didi njawab sambil cengar cengir. "aku jadi satpam gitu ?" Andra melotot sambil manyun. "ya ga' lah...,kan Yanti sering kesana,dia jomblo loh...sapa tahu ntar kalian jadian" Andra mikir sejenak trus mengiyakan permintaan sohibnya,sejurus kemudian dua sahabat itu beranjak. Petang disebuah teras......lima sosok anak muda bersenda gurau,kayaknya susana hati Andra udah cukup baik,mungkin karena ada Yanti.....atau....?,tahu lah cuma si Andra geblek yang tahu pasti. "Mimi,Tini....ikut aku bentar" Didi ngajak dua temennya itu beranjak,dan kayaknya Mimi dan Tini sudah ngerti maksud Didi,tanpa basa basi mereka langsung cabut,terus apa yang terjadi setelah itu...????????,biasalah........................ -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Kebiasaan.....,ya kebiasaan si geblek Andra yang selalu ngelus elus gitarnya masih aza dipiara,seperti siang itu,dia kambuh dari penyakit lamanya mungkin sudah kronis,ibarat kanker sudah stadium 5,5 di operasi pun ga' bakalan maksimal hasilnya,dan kayaknya cara nyembuhin Andra ya semua gitar gitar di seluruh dunia harus dilenyapkan.......wah gawat dumz ntar Eross make apa buat konser ? masak make sapu xixixixi emangnya kakek sihir. "Ndra....." panggil ibunya,tapi Andra ga' njawab,sengaja supaya ibunya nyangka dia sudah pergi,dan kali ini Andra sukses lagi ngelabuhi ibunya,dasar anak brengsek,tapi itulah Andra dengan mottonya I DON'T CARE untuk saat ini besok dan ga' tahu sampai kapan ?,mungkin untuk selamanya. "pa kabar Ndra ?" selantun suara menyapanya,dan dengan refleksnya yang lumayan baik mulutnya berucap, "baik" itupun tanpa peduliin siapa yang nyapa,tapi dia tahu bukan ibunya wong suaranya cempreng gitu pasti salah satu sohibnya.Icha...ya Icha sosok itulah yang pantas menjadi terpidana dan bertanggung jawab atas pecahnya kebungkaman Andra. "boleh duduk Ndra ?" "terserah,tapi mendingan berdiri ae deh" weleh.......kumat lagi si Andra ngomong seenak perutnya sendiri,tapi Icha yang sudah hafal tabiat sohibnya itu cuek aza lagi dan langsung menahtakan pantatnya di kursi. "ngapain Cha,tumben ?" "boleh minta tolong ga' ?" "apaan ?" Icha bisikin sesuatu ditelinga Andra sambil cengar cengir, "gimana ?" Mendadak wajah Andra berubah jadi merah kayak udang rebus,gila kali Icha masak mau nembak Yanti ko minta tolong Andra. "gini ae,ntar malam aku ke rumah Mimi biasanya Yanti disana kamu ikut ae" "sotoy kamu Ndra" "ga' percaya ?,wong kemarin aku kesana" Icha sich maunya ga' percaya,tapi setelah melihat tatapan sohibnya rasa ketidakpercayaanya menguap. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- "Yan.....sini tak bilangin" panggil Andra,Yanti sebagai pacar yang baik pun nurut xixixixixixixixi. "Icha mau ngomong tuh sama kamu,katanya sich mau nembak kamu" Yanti heran,ni cowok bego amat sich pacarnya sendiri mau ditembak cowok laen bukannya dicegah malah dibantuin "terus gimana ?" "ya sana,samperin ngomong baik baik" Yanti bengong,sementara Andra cengar cengir. Yanti beranjak nyamperin Icha, "mas....ngapain itu Icha sama Yanti ?" "ohhhh...,Icha mau nembak Yanti" Mimi mlongo.....terkaget kaget dengar perkataan Andra "mas....,ko goblok amat sich" "ya biarin...,itung itung menguji kesetiaan Yanti,ngerti ga'?" enteng aza Andra ngomong tanpa beban,beberapa menit kemudian Yanti datang. "udah Yan ?" "udah" "diterima ga' ?" "ga' lah" "kalau kamu terima ya ga'apa apa,itukan cintamu perasaanmu" Yanti dan Mimi ga' tahu apa kata dan julukan yang pantas buat Andra,naif,bego,gila,sabar,bijak,tolol,dungu....atau apa lagi ? entahlah.........ada yang punya usul ?. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Seminggu Kemudian Seperti biasa....,Andra kumat,penyakitnya kambuh mottonya terwujud I DON'T CARE.Kalau bisa ngeluh pasti gitar itu pun ngeluh,wong tiap hari dielus elus diucel ucel sampai narik nafas ae susah,emang gitar bisa bernafas ea ??????.Disaat penyakitnya sedang kronis kronisnya dua sohibnya datang. "Ndra...,ada titipan nich" Didi angkat bicara "dari siapa ?" selidik Andra "siapa lagi...,pacarmu,Yanti" Icha menimpali "apa...,mana ?" "ini" Icha mengulurkan sepucuk surat bersampul pink,halloooooo.....gini hari masih surat suratan kemanakah ponselmu ????????????. "udah ea,udah sore ntar malam tak samperin" lantas dua sohib Andra itu pergi,sejurus kemudian Andra merobek sampul surat dan membacanya,surat yang katanya dari anunya itu.....Yanti. Dear Andra Aku tunggu dirumah Mimi jam 19.30,datang ea ada pesan dari Sisi penting buat kita bertiga. Your's Yanti Seperti ga peduli,Andra membuang begitu aja surat dari Yanti,dasar cowok geblek. Pukul 19.05,selepas maghrib Icha dan Didi datang menjemput,tapi si geblek Andra masih acuh tak acuh, "Di....,Cha kalian duluan gih" dua sohib itu saling pandang ga ngerti, "lalu ?" tanya Icha, "ntar aku nyusul" Andra njawab seenaknya,dua sohibnya diam terus berlalu. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Selepas Isya,pukul 20.15 Andra belum juga datang,Yanti mondar mandir sambil mrengut,dan untuk kesekian kalinya dia melongok ke jalan,tapi Andra....jangankan orangnya wong baunya aza belum nyampe,waktu Yanti mau masuk tiba tiba selantun suara memanggil,dan pemiliknya adalah Andra. "lama banget sich ?" cerocos Yanti agak bete "wong baru datang bukannya diapain gitu,malah di damprat" Andra mrenges sambil garuk garuk kepala "sini cepat" Yanti mengamit lengan Andra,dan sebagai pacar yang baik dia nurut,mereka duduk diteras. "suratmu maksudnya apaan ?" Yanti menghela nafas dalam dalam dan bilang, "gini Ndra.....tadi Sisi pesan,katanya dia masih sayang kamu" Diam sejenak....... "dan ga' ada cewek lain yang bisa milikin kamu selain dia" Andra terkesiap dengar penuturan Yanti,dia ga habis pikir dengan makhluk makhluk berbentuk wanita alias cewek,mereka memang penuh mistery,terus dia berucap, "tapi nyatanya kamu bisa kan ?" "ea..,tapi aku ga' mau dibilang ngrebut cowok teman sendiri" "aku sama Sisi jelas jelas sudah bubar" "mungkin.....,tapi aku ga' mau persahabatanku hancur cuma gara gara ngrebutin kamu" "lantas ?" "kita putus" Andra kaget,dia terpesona dengan kata kata Yanti dan waktu Yanti beranjak masuk pun dia ga' tahu.Selang beberapa menit Mimi menemuinya,lalu bertanya "gimana mas ?" "aku putus...." Andra memberitahu kepada saudara angkatnya itu apa alasan Yanti "mas........,itu bukan alasan Yanti yang sebenarnya" "maksudmu ?" Mimi menceritakan sebuah rahasia yang selama ini dia pendam,wajah Andra merah padam menahan murka pada sohibnya,dia merasa ditusuk dari belakang. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Didi melangkah gontai bersama Icha menemui Andra "Cha....jujur dech !" nada suara Andra tinggi,Icha merasa bersalah pada sohibnya itu "sorry Ndra...,memang sejak seminggu yang lalu....." belum sempat dia menyelesaikan ucapannya,sebuah bogem mentah dari Andra mendarat diwajahnya,dia terjajar beberapa langkah kebelakang,Yanti dan Mimi memekik menyaksikan kejadian itu,baru sekali ini mereka melihat Andra marah.Didi dengan sigap menasehati Andra agar ga' berbuatyang lebih konyol dan berusaha menenangkan sohibnya itu,Icha yang telah bisa menetralisir keadaan tubuhnya yang sempat terhuyung dihantam bogem mentah Andra sambil dipapah Yanti berkata, "Kalau kamu mau,sekarang Yanti aku putusin " Yanti terlonjak,matanya yang berair melolot pada Icha kemudian melepaskan papahannya.Dengan segala kedewasaan yang entah dari mana dan kapan datangnya Andra pun bilang.... "ga' usah.....,dan jaga Yanti baik baik" Selesai berkata Andra menepuk pundak Icha dan melangkah pergi,Icha semakin merasa bersalah,Yanti terisak dalam pelukan Mimi dan Didi kali ini hanya memandang kepergian Andra dengan tatapan yang penuh takjub.Di ujung gang Andra menghentikan sejenak langkahnya,dan tiba tiba seekor tikus remaja berdiri dihadapannya dan dengan sinis mengejek......... "selamat bung......ku nobatkan kamu sebagai PECUNDANG SEJATI !!!!!" Andra hanya tersenyum kecut,dengan gontai dia meneruskan langkah,tapi setidaknya dia mampu berbangga kali ini dia menang atas air mata,udara semakin dingin dalam rengkuhan malam yang kian larut Andra nerusin langkahnya sambil nyanyi................... "Tuhan aku berjalan menyusuri malam setelah patah hatiku.............. aku berdo'a semoga saja........... ini terbaik untuknya...... dst...."


T A M A T

Cerita Dita

Di sebuah ruangan praktek dokter kandungan, "selamat pak,anda akan menjadi seorang ayah" ucap dokter muda itu kepada Radit. "usia kandungan istri bapak sudah 3 bulan" dokter muda itu menambahkan sambil tersenyum. Radit menatap wajah Dita lekat lekat,seakan takjub dengan apa yang baru saja di dengarnya,sementara Dita hanya tertunduk. ................................................................................................................ Nisa mengamati ruangan yang disebut kamar oleh tunangannya itu,dimatanya ruangan itu tak lebih dari sekedar gudang.Tiba tiba ponsel tunangannya itu menyalak memberi tahu kalau ada sebuah pesan yang masuk. "mas ada sms masuk nih" "buka aja Nis,mungkin dari Ibu" jawab tunangannya dari ruangan sebelah. Nisa meraih ponsel itu,sebuah pesan singkat dari nomor yang tak dikenalnya,seketika wajahnya menjadi pucat kemudian dia bergegas meninggalkan kontrakan tunangannya tanpa pamit. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Dita hanya terdiam dihadapan Radit yang menghakiminya seolah Dita adalah pesakitan yang tak layak mendapatkan pengampunan. "katakan padaku siapa ayah bayi yang ada di rahimmu ?" pertanyaan Radit bagaikan tombak yang menghujam ulu hatinya. "kenapa sekarang kamu mau tahu,bukankah selama ini kamu ga' pernah mau tahu denganku ?" jawab Dita "aku bisa terima saat tahu kalau kamu ga' perawan lagi,tapi ini sudah keterlaluan" suara Radit tiba tiba melunak,dan Dita pun hanya diam seribu basa.Kenangannya berputar pada kejadian dimana dia dan Andra bertemu untuk terakhir kalinya. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Senja menjelang turun diperaduannya,setelah seharian tadi mentari menjajah bumi dengan terik yang sangat,desau angin seakan melantukan syair memuji kebesaran Illahi.Sepasang kekasih yang tengah dirundung rindu bercengkrama tanpa mempedulikan sekitarnya yang semakin hening,hanya suara ombak yang mencumbu bibir sang pantai dan jeritan sakawananan camar yang hendak pulang sarang mengiringi kemesraan dua sejoli itu. "kamu ga' menyesal Dit dengan apa yang terjadi?" tanya Andra dengan lembut sambil membelai rambut lebat kekasihnya itu. "ga' sayang...." jawab Dita sambil tersenyum,kemudian keduanya berpelukan semakin lekat seolah takut terpisahkan lagi,diluar sana sesabit bulan seperti berbisik pada sebelas bintang yang memagarinya bahwa sebuah nista terukir lagi dan itu mengatas namakan cinta.Cinta yang entahkah masih pantas disebutkan cinta disaat mereka mereka yang menjalaninya tak mampu lagi membedakan arti tentang cinta yang mereka puja.ahhhhhhh apakah dunia benar benar telah renta ??. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Dita tampak gelisah menunggu balasan pesan singkat yang telah dikirimnya sejak seminggu yang lalu,sementara hubunganya dengan Radit semakin memanas,setiap waktu pertengkaran demi pertengkaran datang silih berganti.Seperti kata pepatah penyesalan selalu datang terlambat dan nasi pun terlanjur menjadi bubur.Pembuktian cinta yang pada akhirnya hanya merunyamkan keadaan,tapi dalam penyesalan itu ada sedikit rasa haru yang menyelinap dalam relung hatinya,di usapnya perutnya yang sebenarnya masih terlihat datar masih memperlihatkan keindahan raga seorang wanita,tapi....ada sebuah kehidupan disana.Sesosok bayi telah bersemayam di rahimnya,yachhh....bayi yang seharusnya dapat membuatnya semakin dekat dengan Radit seperti apa yang sering dia saksikan pada pasangan yang akan segera memiliki momongan,tapi justru hadirnya janin di rahimnya itu memicu pertengakaran dan pertengkaran tak berujung. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Akhir akhir ini Radit sering sekali bengong,sehingga membuat teman sekerjanya terheran,sebagai pengantin baru sewajarnya Radit tak begitu keadaannya,tapi kenyataan bahwa Dita kini tengah mengandung yang membuat kehidupannya bersama Dita semakin hari semakin jauh.Apakah ini resiko yang harus diterimanya ?,kerena telah mempersunting Nina yang baru saja di kenalnya beberapa hari melalui pertemuan tak terduga itu. "Rad..,kenalin ini Dita temenku" Ririn mengenalkan Nina pada Radit. "Radit.." dia menyebutkan namanya sendiri seraya menjabat tangan Nina,Nina pun tersenyum sambi memperkenalkan diri pada Radit.Keduanya kemudian terlibat dalam pembicaraan yang hangat,cara bicara Radit yang enak untuk didengar membut Dita semakin betah berlama lama bersama Radit,dan tanpa disadarinya itu memercikan kekaguman Radit pada dirinya. "woe....nglamun aja loe dari tadi" sesosok berkata sambil menepuk pundak Radit,dan itu membuyarkan lamunannya pada masa dimana dia pertama kali berjumpa dengan Dita yang kemudian di persuntingnya. "tuh ada pasien" temannya berkata lagi.Radit beranjak dari tempatnya melamun dan menghampiri orang yang disebutkan temannya sebagai pasien. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- "Hallo......" suara di ujung sana terdengar parau,suara seorang wanita yang tampaknya sedang menanggung beban yang sangat berat. "hallo...maaf dengan siapa ini ?" tanya Nisa pada wanita itu "saya Dita,bisa bicara dengan Andra ?" suara parau itu menjawab. "oh..,sebentar mba' saya panggilkan mas Andra" sejurus kemudian Andra dan Dita terlibat dalam pembicaraan yang serius.Nisa hanya mengawasi tunangannya itu dari jarak yang sedikit jauh,tapi sayup sayup dia dapat mendengar apa yang Andra ucapkan.DEtik demi detik merangkak merangkai menit dan tak terasa percakapan antara Andra dan Nina telah berlangsung sekitar 30 menit. "aku ga' tahu lagi harus bagaimana" Dita berkata dengan sedikit terisak,Andra pun terdiam untuk beberapa detik kemudian berkata, "aku juga bingung,sekarang aku juga sudah tunangan" "maksud kamu apa ?" tanya Dita,Andra menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan seakan bermaksud membuang segenap beban yang mengayuti pundaknya.Di sudut lain Nisa masih mengamati Andra. "cewek yang tadi bicara sama kamu itu tunanganku" Andra berkata lirih,Dita terhenyak mendapati kenyataan bahwa Andra telah bertunangan,dia tediam dan kemudian menutup percakapan itu.Nisa menghampiri kemudian menepuk pundak tunangannya itu seakan mencoba memberikan tambahan semangat,Andra menatap wajah Nisa dengan tatapan kosong dan Nisa pun tersenyum,senyum yang entah apa maknanya. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nisa dengan sabar mendengarkan apa yang di tuturkan Andra padanya,ternyata pertanyaan besar yang beberapa waktu belakangan menggayuti benaknya benar adanya,Nisa mencoba memahami setiap rangkaian peristiwa yang di ceritakan Andra dengan segala kebijakan hati yang dimilikinya,baginya semua bagaikan mimpi di siang hari yang terik.Pertunangannya dengan Andra,kemudian kemunculan wanita dari masa lalu Andra dengan membawa cerita yang sangat fantastis semakin mengoyakan keyakinannya pada sebuah bahagia yang telah di pelupuk mata,sebuah pernikahan sakral yang sangat di idamkan terancam musnah.Sebagai wanita dia mampu merasakan apa yang tengah dirasakan wanita bernama Dita itu,tetapi sudut hatinya pun memberontak,menolak semua kenyataan yang sayangnya tak dapat di tolaknya.Kenyataan bahwa Andra tunangannya telah menghamili wanita bernama Dita itu. "Nis...." suara Andra memecah keheningan lamunannya,di tatap wajah Andra dalam dalam seolah ingin mencari sejuta makna yang melekat pada wajah tunangannya. "mas.....,sebenarnya saat ini siapa yang paling penting buat kamu ?" setelah mengumpulkan segenap keberaniannya Nisa mengajukan pertanyaan yang membuat Andra serasa di hujam tombak tepat di jantungnya.Andra tak langsung menjawab,dia seperti mencari jawaban yang paling tepat dan rasional,sekarang Andra merasa bagaikan disuguhi buah simalakama dimana setiap keputusannya hanya membawa petaka bagi orang orang yang di kasihinya. "maafin aku Nis....." hanya itu yang terucap lirih dari bibir Andra,Nisa tersenyum simpul. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Radit melangkah gontai dengan membawa segenap berat beban di pundaknya,tatapannya kosong menerawang jauh menelusup gelap dunia yang telah hampir terlelap dalam rengkuhan sang malam.Semilir dingin angin lewat yang membungkus langkah Radit menjadi terasa hangat bagi Radit yang tengah terpekur menatap bintang gemintang di angkasa,tatapan matanya seperti hendak mengelupas celah celah bintang berharap menemukan secercah senyum yang mungkin dapat ia pinjam tuk menghiasi hari hari kelabu pernikahannya.Entah berapa lama menit yang ia habiskan untuk melepaskan sejuta khayal di angkasa malam itu,tanpa disadarinya langkahnya terantuk kaleng softdrink dan menimbulkan suara yang berisik membelah hening malam.Radit menghela nafas panjang dan berat ,dilanjutkan langkahnya yang tertunda karena insiden kaleng softdrink tadi,menuju rumahnya. Tanpa gaduh Radit melangkah ke arah kamar dimana istrinya tertidur,dipandanginya wajah terlelap itu dengan perasaan yang berkecamuk,wajah itu nampak polos,lugu bagaikan wajah seorang peri dengan berhias selengkungan senyum,sepertinya Dita tengah terbuai mimpi yang indah.Sededik kemudian Radit melangkah menuju ruangan makan,di atas meja terlihat makanan yang telah disediakan Dita,tanpa terasa selengkungan senyum menghiasi bibirnya.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Disudut malam yang lain,Andra dengan sejuta kebisuan terpekur di teras kontrakannya bertemankan beratus ratus nyamuk yang dengan sukarela menyanyikan kidung malam.Baginya dunia serasa sempit,semua terasa menekan ketat dan tak memberikan ruang tuk menghela nafas dengan lapang,masih terbayang jelas hari ketika dia mendengar warta bahwa gadis pujaannya telah dipersunting orang,dan ketika dia mampu dan terbiasa dengan keadaan itu dengan hadirnya Nisa dalam hari harinya lewat pertunanangan yang sebenarnya tak pernah di impikannya tapi ternyata mampu melipur segala rasa perih yang mengiris ketegarannya sebagai lelaki dan merapuhkan bijak yang bertahun tahun dipelajari dari kerasnya hidup,tapi gadis masa lalunya tiba tiba menyampaikan sesuatu yang seperti hendak meluluhlantakan semua kebahagiaan yang baru saja tercipta karena senyuman tulus dan hangatnya tatapan mata Nisa.Dalam hati Andra berteriakan sekencang yang ia mampu,egonya menolak hadirnya kembali Dita dalam lembaran hari harinya baginya saat ini Nisa adalah hidup dan bahagia yang tersempurna,namun sadarnya terusik ketika ingatannya terbentur pada janin yang ada di rahim gadis masa lalunya itu.Dan hatinya pun terkesiap membayangkan beratnya hari hari Dita kerena keadaan itu,seharusnya dia ada disisi Nina menenangkan,melindungi dan memberikan teduh bukan terdiam disini dan hanya mencoba mengabaikan semua yang terjadi.Tapi disana ada orang yang telah memiliki dan lebih berhak menjaga Dita,dan Nisa dengah segala ketulusanya sebagai wanita pun tak harus ditepikan begitu saja hadirnya. -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Malam telah mengarungi sepertiga perjalanannya menuju pagi tapi Radit masih terjaga,entah berapa puluh batang rokok yang telah dihabiskannya tak terhitung lagi jutaan keluh kesahnya pada Tuhan yang telah terlantun malam ini tapi tak jua mampu melelapkan matanya. "mas....kok ga' tidur?" tegur lembut Dita padanya memaksa untuk menghentikan nikmatnya kesendirian malam itu,tanpa bersuara Radit menoleh tampak olehnya Dita berdiri tak jauh dari tempatnya bertahta. "aku ga' bisa tidur nih,ga'tahu kenapa"jawab Radit seraya tersenyum,tapi jawaban itu telah cukup untuk membuat Dita mengerti. "lah kamu ko jam segini bangun ?" Radit balik bertanya "aku biasa ko bangun jam segini " jawaban Dita disertai selengkungan senyum yang seperti biasanya,senyum itu yang mengetarkan Radit ketika pertama kali berjumpa.Pertemuan yang berujung dengan keadan yang tak semestinya seperti saat ini. "oh.....,gitu ya ?" Radit tersadar bahwa akhir akhir ini dia jarang pulang kerumah itu,memang semenjak pertengkaran mewarna dalam pernikahnya dia lebih sering melewatkan malam bersama teman temannya.Sebuah keadaan yang terlihat janggal mengingat usia pernikahan mereka baru dalam hitungan bulan. "mas...aku tinggal shalat dulu ya" Dita memecah kebisuan,Radit tak menjawab dan hanya mengawasi kepeargian Dita dengan masih membisu,dalam hatinya mengharu biru mengetahui bahwa Dita masih lebih tegar menghadapi masalah yang mendera dalam hubungan mereka dengan lebih mendekatkan diri pada Tuhan.Sayup sayup terdengar adzan subuh dari surau seberang jalan,Radit beranjak dari tempatnya menahtakan diri tuk memenuhi panggilan Illahi yang entah berapa lama ia telah tinggalkan. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- beberapa bulan berlalu...... Seorang ibu muda tergolek di ranjang menahan sakit,berjuang bertaruhkan selembar nyawa yang dimilikinya demi seorang bayi yang hendak dilahirkannya,di bantu beberapa orang wanita berseragam serba putih ibu muda itu berjuang dan berjuang mengumpulkan segenap sisa sisa kekuatan yang makin lemah,dalam hatinya berkecamuk berbagai macam perasaan.Seharusnya orang orang yang dikasihinya saat ini ada di sampingnya dan memberikan suntikan semangat,namun saat ini entah dimanakah mereka semua ???,disaat ia sedang bergelut melawan waktu demi bayi yang akan menghirup udara fana yang pertama kalinya,tapi nalurinya sebagai seorang ibu dengan sigap menepis semua itu.Diluar sana purnama tertutup segumpalan mendung menjadikan suasana menjadi muram,wanita berseragam putih itu dengan sabar terus memompa semangat sang ibu muda agar tidak menyerah dan terus berjuang dan berjuang dengan mengesampingkan sejenak harapannya pada hidup.Angin malam berkesiur membawa dingin yang melingkupi semesta,hampir seluruh makhluk dunia telah terlelap dalam pelukan mimpi masing masing,tapi tidak di ruangan itu.Ruangan itu tetap saja terjaga dengan di hiasi rintihan menahan sakit,derasnya tetesan keringat,lusinan do'a dan kata kata wanita berseragam putih yang terus dan terus mengajarkan cara mengejan. Andra tersentak ketika ponselnya menyalak dengan kencang,dengan wajah kuyu dia meraih ponselnya tapi isi pesan yang terpampang dilayar ponselnya bagai cemeti yang dengan dahsyat mencambuk dan menyadarkannya.Tergesa Andra menghubungi Nisa dan berlalu meninggalkan hangat kamar lelapnya.Andra dan Nisa berlari di koridor bangunan itu mencari ruangan yang tadi disebutkan oleh perawat di bagian resepsionist,kecemasan yang sangat melingkupi Andra hal itu tercetak jelas di raut wajahnya yang super tegang.sementara Nisa dengan segenap kedewasaanya sebagai wanita tetap mendampingi Andra dan mengesampingkabn sejauh mungkin ego yang selalu saja mencoba menjajah. Langkah Andra tiba tiba menjadi berat ketika ruangan 117 telah terlihat,sejuta keraguan dan rasa bersalah menjalarinya,Nisa yang sepertinya mengerti apa yang tengah merasuki Andra menegur dengan lembut..... "ga usah khawatir mas.....,semua akan baik baik saja" Andra menoleh dan didapatinya wajah Nisa dengan segala kelembutannya,Nisa tersenyum dan mengangguk.Andra seperti mendapatkan kekuatan baru dari senyuman dan tatapan Nisa,dikuatkan hatinya dan melangkah memasuki ruangan itu di iringi Nisa. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Ruangan itu senyap........ibu muda yang baru saja bertaruh nyawa itu tergolek,dipelukannya seorang bayi perempuan mungil tertidur pulas.Andra dan Nisa beriringan menghampiri ibu muda itu,ketika sadar ada orang lain dalam ruangn itu dia tersenyum,selengkung senyum penuh makna yang hanya pemilknya sendiri yang tahu. "Ndra........" suara ibu muda itu lirih Andra tak menjawab,kerongkonganya seakan tersekat sesuatu yang teramat dahsyat hingga tak mampu membuatnya bersuara. "Ndra........" suara lirih itu kembali bergema,Andra seperti ditampar,seketika sesuatu yang menyekat kerongkongannya musnah,disudut sana Nisa menatap pertemuan Andra dan ibu muda itu penuh haru. "ea Dit......" mata Andra berkaca,di belainya pipi Dita dengan haru yang membuncah "ini putri kita Ndra" Dita berkata lirih,pandangan Andra beralih pada sosok bayi mungil dalam pelukan Dita tak terasa air matanya menetes dan jatuh tepat dikening bayi itu,Andra seakan melihat bayangannya sendiri pada paras gadis mungil itu.Kemudian diraihnya bayi itu dalam rengkuhannya,bayi itu tersenyum dalam lelapnya seakan menyadari siapa yang tengah merengkuhnya,Dita menatap Andra dan bayinya dengan senyuman terindah yang dimiliknya,namun tiba tiba Dita merasa dunia menjadi gelap.....gelap dan gelap. "Ditaaaa............." Andra terisak memeluk tubub dingin Dita,diguncang guncang tubuh Dita yang tetap tersenyum tenang dalam kebisuannya.Nisa pun terisak,dalam pelukannya bayi mungil itu tetap terlelap tanpa menyadari ibunya telah pergi meninggalkannya.Andra masih dengan kesedihannya memeluk jasad Dita seakan tak percaya wanita yang baru saja memberinya seorang gadis mungil itu telah pergi untuk selamanya.Hening.......ruangan itu hening,sampai tiba tiba Radit masuk. Radit berdiri terpaku melihat tubuh istrinya terdiam dalam pelukan lelaki yang tak dikenalnya,Andra yang menyadari kehadiran Radit kemudian melepaskan pelukannya dan berdiri memberi ruang pada Radit.Seperti Andra....Radit pun tidak mampu menahan diri untuk tidak meneteskan air mata menyadari istrinya itu telah benar benar meninggalkannya.Sementara Dita dengan kebisuan abadinya tetap tersenyum,seakan dia tengah terbuai mimpi paling indah. T A M A T